1 Jan 2012

Untukmu..., Rahasiaku...

Aku sendiri juga masih belum tahu, purnama mana yang akan dipilih senja untuk mempercantik tampilan langit malam ini. Atau bahkan, airmata yang diwakilkan hujan akan membasahi bumi yang sudah becek sejak dua hari lalu?? Aku sendiri tak tahu...
Yang jelas, aku masih ingin melihat kesetiaan daun-daun yang menampung jutaan kesedihan untuk embun. Kesetiaan nya lah yang selalu dingin membuka hari. Meski terkadang kelopak mataku harus mengerang karena masih tak mau memulai tugasnya untuk menyaksikan keajaiban pagi. Dilamar oleh sinar kemerahan dari ufuk timur, memaksa hawa dingin itu masuk, hingga nanti berganti keperkasaan matahari. Menjilati sisa-sisa air hujan yang berserakan di beranda bumi dengan kekuatan sinarnya. Mengabadikan kisah hingga hadirnya lagi sang senja, dalam lebaran-lembaran kitab tebal yang dinamakan hari.

Adakah lagi cara mendung untuk mencari tempat di tepian langit, atau bahkan menguasainya, seharian? Ketulusan nya mengumpulkan air, mengingatkan aku akan kesabaranku menunggu senyum mu di awal pagi. Tanpa ada kebohongan dari sisa-sisa mimpi semalam, untuk memudarkan cahaya temaram yang merujuk kelam. Menikmati harum tubuhmu yang mewangi seusai mandi, sebagai alasan kerinduan untuk esok pagi lagi. Agar aku bisa menjadi Ayah dan Suami yang hebat, itu pintamu...
Percayalah, pergantian senja nanti tak akan mampu menghapus imajimu dalam kekuatan pikirku, kekuatan bayu pun tak akan bisa melunturkan tawamu dalam dinding bathinku. Hingga jarum waktu akan merestui kebahagiaanku menyanding peranmu disetiap detiknya.
Aku ingin terus berlama-lama dalam dekap hangat kesetiaanmu hingga rambut kita menguban...