19 Mei 2015

Kedatangan Pemilik Sore

berawal dari ambang maya di pelataran kata
kita saling membaca
lalu terjangkit kagum yang sama
tak mungkin bisa dijelaskan pandangan mata, gerak raga
bahkan guncangan debar yang menginjak rapuhnya tulang-tulang dada

dengan kekuatan hasrat yang tak kauketahui,
aku mengumpulkan ribuan senja yang ramah
sebagai kalam yang kumaharkan
untuk cahaya sore yang biasa menyentuh hijau urat pipimu
aku juga memiliki sekumpulan degup yang jujur
sudi berkarib dan sedia mengawal ke mana perginya arah jantungmu

selanjutnya, seucap doa akan kutiupkan sebelum terpejam
agar ia menyatu dengan langit-langit kamar
suhu ruangan
serta apa saja barang bisu di situ
yang lebih dulu kasmaran pada semesta tubuhmu

maka tetaplah seperti ini
ajak aku menuju kota yang tak memiliki pagi,
atau terik matahari yang seringkali menyakiti
ditenangkan merdu tembang-tembang serangga
yang menggelar pesta sambutan untuk datangnya musim penghujan

masih tersisa satu tanya
sudah berapa hati yang jatuh, sesaat setelah sepasang mata itu kaukedipkan?