18 Sep 2012

Cukup Tubuhmu Saja

bulan hampir selesai merias diri
menunggu cemburu yang akan dimakamkan sunyi
sungkawa musim terasa lekat ditiup angin
menginjak doa rumput-rumput yang melambaikan dingin
dalam kembara kataku, ada sajak yang pucat menghitam
mengangankan suara aliran sungai yang jernih tanpa cemar

warna putih langit mewakili purnama
menceritakan tahana bidadari yang selayaknya dipuja
seperti bekas luka dipunggungmu, Sayang
masalalu tak seharusnya kau tunjukan pada siapa
cukup ragamu saja yang boleh menerka
tak kuikhlaskan tubuhmu susut diremas usia

di pembaringan para malaikat, langit mulai padam
isyarat jahat yang memaksa ingatanku untuk segera pulang
sementara jantungku masih biru
lebam melemah dihardik tangismu sore tadi
sebagiannya tak lagi berdegub
hanya bersuara seadanya
sekedar pengganti sunyi dalam dada

13 Sep 2012

Wangimu Dicampuri Pagi

Pagi yang sebaik ini
Kubayangkan engkau adalah embun penguasa kedinginan
Biadab menyiksa warna bunga dengan gigil yang tak lagi tertahan
Kabut ringan menuntun tegas aroma bahagia
Mencampuri wangi bangkai kenangan yang sempat kita rayakan berdua
Satu dua hari kedepan, kau dan aku masih sama
Dungu dan belajar bijak memahami majas tentang cinta
Menjadi si buta yang keras kepala
Meraba-raba dimana pintu kemungkinan itu berada
Merangkai rayuan menjadi bisikan manja
Berharap cumbu akan melahap kita menuju surga

Sudah lebih dari seratus musim
Pemandangan pagi tetaplah sama
Diantara jeda cahaya
Ramai khalayak tak pernah gentar memecah sinarnya
Aku terbangun ditelanjangi pagi yang masih belia
Dalam lelapku
Kubiarkan mimpi mencuri apa saja
Termasuk nyeri luka yang masih terbuka
Wangimu itu aroma badai!
Pernah melemparku ke tepi waktu yang bernama silam
Terdampar mengumpulkan tanda tanya yang dirawat airmata linang

Jangan dulu tersenyum di depanku!
Berilah waktu pada kebahagiaan untuk mengenaliku dengan caranya sendiri
Karena aku masih sanggup berdarah
Jika merahnya mampu menyihir warnamu menjadi megah
Sesekali, berbaringlah di dadaku, Sayang
Kau tahu, dalam debarku ada semacam sanggar
yang kubangun dari keringat kekaguman
Lalu cium bibirku sekali lagi
Aku mulai mengerti, bibirmu adalah ruang sunyi
Tempat para bidadari menyembunyikan mimpi
Tersenyum di depanmu kujadikan cara untuk berkata;
"Jatuh cinta adalah rasa jenaka yang diambil dari bahasa para dewa"

6 Sep 2012

Dari Ujung Terima Kasihku

Musim semi masih jauh bersembunyi di akhir tahun
Pasca persetubuhan senja kita sepakat kembali ke ujung
Belajar dari retas kupu-kupu yang urung
Pada ratusan kisah yang gagal kita rangkum
Kau namai aku penjaga kantuk yang baru terbangun
Pengais cahaya yang menggeliat dari langit timur
Membakar silam rahasiamu yang mulai berjamur

Tentang nafasmu yang kerap kuhirup dan hembuskan
Kumohon, tolong lupakan!
Di hadapmu, akulah pemimpi yang berkhayal menemukan fajar
Sepanjang perjalanan menempuh bimbangmu,
aku menjadi penguasa tamak yang tak peduli apa saja
Bahkan, airmatamu yang tak setara jika kutulis dengan majas dan bahasa

Diamku adalah pilihan
Satu cara terbaik agar engkau bisa mengumpulkan resah
Lalu menuliskanku dalam puisi yang dipenuhi metafora basah
Sekumpulan airmata, debar, sunyi juga nyeri yang tak menemu jumlah
Agar kelak engkau bisa menceritakan
Bagaimana warna negeri kayangan yang kau sadap dari para bintang
Karena melupakanmu; masih menjadi kebohongan yang aku rencanakan