sepasang kelingking telah kita tautkan siang tadi
jangan lagi menjauh, katamu
sebab kata jauh, tak lebih ialah penjara yang hanya dibangun
untuk pikiran-pikiran kalah
sementara separuh dadaku paham,
debarmu ialah suara yang dengan sengaja pernah ia rekam
namun tak pernah mampu ia tirukan
terik siang seperti tak ingin meminjamkan payung
untuk aku berlindung dari isi kepalamu yang menyamai gerimis
wajah yang luput dari pulasan bedak
bibir tipis disaput gincu
cukup mewakili rimbun akasia yang meneduhkan taman-taman kota
ternyata semestamu masih sama
tatapan matamu setara bintang-bintang jatuh
setiap kedipannya membuatku lupa
hari ini senja dimulai pukul berapa
kata-katamu panjang dan lembut
seperti gulungan benang-benang yang mengait di mesin tenun
hingga terbentuk selembar sutra
menggambar kekagumanku
menulis rahasia tanpa peduli melacak asal-usulnya
tak ada yang perlu dibatalkan!
sebab aku mencintaimu, dengan segala ketelanjuran