19 Okt 2014

Di Balik Dinginnya Kota Rahasia

di kota dingin ini, yang pernah kusebut beranda tangisku
mulai terlihat sulur-sulur kenangan
satu nama tiba-tiba muncul sebagai ingatan
seperti jantung, ingatan kali ini memiliki degup abadi yang dilindungi waktu

aku pernah bertanya,
di mana sebuah pagi kausembunyikan?
di sebelah dadamu?
atau di samping sepatu yang mengantar pergimu?

sementara embun datang lebih dingin dari biasanya
tak ada gigil yang perlu kucurigai
aku hanya tak bisa melipatnya
seperti ada yang tak terbiasa
peluk itu telah berlalu; pengukur suhu terbaik bagi tubuhku

pada sepasang kelingking yang pernah kita tautkan,
aku memohon agar terbiasa lagi melihat matamu
melihat aku
melihat jendela terbuka
melihat senja
melihat remang lampu kota yang mulai menyala
atau melihat apa saja yang belum pernah kautangisi sebelumnya

pada kedua peluk yang saling menghangatkan,
aku berharap agar diizinkan lagi mendamaikan gigilmu
ah, bukankah kita sudah belajar berpura-pura untuk saling melupakan?
dan kita berkaca pada sesal,
bersitatap dalam tabah,
saling mendoakan dalam gundah,
sebab kita terlanjur terlibat di sebuah keputusan yang salah