6 Des 2011

Sajak Aroma Tanah

Lidah langit kembali meneteskan liur hujan, seolah memberi intro panjang berkesedihan pada dingin malam yang belum seberapa larut ini. Ribuan rintik air diluar sana seakan mengintip ku dengan rasa iba. Padahal siang tadi, aku dengar langit bercengkerama mesra dengan matahari. Dia ingin memeriahkan pelataran nya malam nanti, menggoda kecantikan purnama, dan membiarkan bintang dikeringkan api cemburu. Secara diam-diam, rindu ku seolah bernyanyi samar pada ujung hening yang membasahi bumi. Menjebak ku dalam baris kata yang sesak, menyesatkan aksara dalam perenungan hasrat yang pernah ditaklukan ayu parasmu. Kali ini aku menyerah pada kesedihan yang bertamu di ambang hati. Kaca jendela yang mengembun seolah menerjemahkan senyum kemenanganmu atas kecemasanku menimba kenangan dulu. Memayungi jejakmu agar tak mudah dihapuskan sang hujan, menyimpan warnamu agar tak mudah dikalahkan pelangi. Belajar menjadi pencuri waktu untuk sekedar menanyakan kabarmu, meski tak berbentuk sapa dan cerita.

Di balik jendela, langit masih menangis dalam bentuk jutaan rintik yang berjatuhan. Sengaja mengetuk pintu rumahku, berharap aku membukanya, dan seolah meminta ijin untuk sekedar menangis bersamaku. Beberapa patah dia berkata dan bertanya "Purnama mengkhianatiku malam ini, untuk kesekian kalinya dia tidak datang lagi menghiburku... Benarkah esok akan ada pelangi?? Bolehkah aku berdiam disini?? Menemanimu dan turut serta menikmati aroma sajak mu??" Terbaca dalam urat wajahnya, tak terselip sedikitpun gairah untuk tersenyum, menciptakan alunan nada tanpa irama yang hanya terhembus di sela-sela nafasnya. Wajahnya memucat biru, membisu. Dalam nanar pandangan matanya, aku melihat rindu yang sudah membeku. Memutar kenangan yang telah mereka lalui bersama pada malam-malam sebelumnya. "Untuk apa kau berdiam disini jika hanya ingin menyatukan sedih dalam cerita rindu?? Pergilah... Kamu harus melukiskan bentuk pelangi untuk esok hari..." Ucapku padanya agar dia mau pergi dan tetap menunggu kehadiran purnama, mengabadikan nya dalam lamunan-lamunan yang masih berselaput dara, murni dan belum terjamah kejahatan-kejahatan.

Memayungi jejakmu agar tak mudah dihapuskan hujan...
Menyimpan warnamu agar tak mudah dikalahkan pelangi...