27 Okt 2011

Mimpi "ter" Basah

Dengan aura yang anggun, bayangmu mendatangiku dengan mata yang basah, bercerita tentang kejahatan perih yang bagaikan sematan jarum dijantungmu.
Perlahan kau lepaskan jubah kesombonganmu dilantai.
Bukan satu kebetulan, aku melihat kemurnian zam-zam yang pernah kau sebut buahdada, layaknya hakekat kemurnian cinta yang tak mengenal birahi sebagai dosa.
Hingga tak berbusana, mulai kau seka peluh duka yang mengembun dikeningku.
Ereksi rindu tak terbendung, mengeras diantara senyum mesramu yang bak timah panas menembus jantungku.
Kujilati rindu demi rindu yang tercecer di sekujur tubuhmu.
Ego, cacimaki, iri dengki pada akhirnya mengalah pada pertemuan bibir kita yang basah.
Apakah kau sedang lapar sayang?? / Tidak, aku hanya "butuh air".
Nanar kulihat, disela "daerah itu" masih tertinggal sisa kenakalanku dulu yang teramat jantan menghujam.
Membenamkan kasih hening pada hangat pangkal pahamu.
Meleleh bisu, bersimpuh pekat dalam kenyalnya dinding rahim mu.

Ini keramat sayang...
Layaknya kisah Asmarandana, Kamasutra, atau senyuman Dewi Sri di musim panen para petani
Kuhargai kepandaianmu membelah duka, kau potong menjadi dua bagian, lalu kita nikmati berparuhan.
Satu legenda dimana matahari pernah membohongiku, di siang terik panasnya begitu menyiksa.
Tapi kenapa panas itu hilang setelah kedatanganmu??
Dinadiku lah tempat anggunmu tersimpan, mempunyai andil besar dalam menggerakan tiap-tiap denyutnya.
Kau sadari atau tidak, pesonamu tak akan pernah berkurang sedikitpun, bahkan setelah kau memotong rambut dan kukumu...