Yah..., mungkin itu salah satu alasan mengapa aku tak bisa bertahan lama dalam tembok tak berbatubata ini. Pengap menguap, sesak tak berontak. Beranjak pergi tapi tak mampu berdiri, terluka parah namun tak berdarah. Tunduk terhadap lipstik yang halus teroles di bibirmu. "Mungkin aku yang lebih pantas memakai lipstik itu??" naluri yang tak pernah bisa menjantanimu berbisik. Kalimat yang sempat membuatku malas untuk berkedip, menunggu sisa musim pancaroba untuk bisa merasakan panas dan dingin secara beriringan. Menganyam sajak seserpih demi seserpih bak menikmati kopi hangat kuminum sesesap demi sesesap.
Tak' kan lagi kutambahkan kata "Sayang" saat aku menjawab "Iya..."