25 Sep 2011

Kafein Jahanam

Dingin mulai lapar menggerogotiku malam ini. Mengucap salam pada pori-pori kulitku yang menyambutnya dengan sapaan malas. Layaknya harapan yang mulai mengembun, untuk selalu mengakrabkan cantikmu dalam galaksi anganku. Tepat disebelahku, tergolek dua mahajiwa yang telah memasuki beberapa tahap mimpi. Melambaikan hasrat kepada bibirku untuk mengecup keningnya masing-masing. Dua sosok yang selalu menyumbangkan tawa dan semangat di tiap skenario hari-hariku. Menjadi aktris utama di semua episodenya, dan selalu mengajarkanku lupa pada luka.

Bisikan hati nakal mulai mengajak untuk bertamu dan menginapkan auramu dalam bilik otakku. Seiring intonasi Britpop yang sombong, menggeser Blues yang berdendang manis dan minimalis. Mereka adalah Rock n' Roll, menyatu dalam secangkir kopi dan kepulan asap rokok ku. Menghidangkan keheningan untuk menu utama kita malam ini. Disaat jemariku mulai terangsang hebat untuk menyetubuhi keyboard didepanku. Bergerak liar seakan menemukan kamar gratis dalam inspirasiku yang mulai berkeringat lelah. Membisukan hati dari pertanyaan haram tentang perselingkuhan. Seperti kata rugi untuk pedangang angkuh berotak besi.

Berjuta pasang mata genit mulai menyibakan kelambu diatas sana. Serupa bintang yang dikirim oleh fikiranku sendiri. Serupa bulan yang menawarkan niat untuk menemani. Sendiri lebih baik bukan?? Bukan lebih baik, karena sendiri itu ganjil.

Tolong tetap paksa aku untuk menjadi "Dua"
Agar bisa menjai Suami yang melindungimu, juga menjadi Ayah yang menyayangimu...