15 Sep 2011

Dihamili Auramu

Bertemu lagi dengan dia tanpa kuminta. Dia nampak pucat sekali. Wajahnya kumuh, lembab, lesu dan terlihat tak terurus sama sekali. Rambutnya kumal, compang-camping, persis gambaran perempuan pelosok yang belum mengenal salon kecantikan. Terlihat jelas kedua telinganya tanpa ada gelantung anting meski plastik sekalipun. Daster yang dia kenakan kumal, berjamur dan penuh robek sana sini. Suara yang keluar dari tenggorokannya yang kering membuat suaranya parau terbata saat menyapaku penuh rasa malu. Kulitnya nampak rapuh dan kering, bersisik, tak ada bau wangi lotion sedikitpun.

Pemandangan itukah yang menghancurkan legendamu? Legenda yang pernah diagungkan kaumku yang menggilaimu. Legenda yang selalu mengobarkan api cemburu dalam bathinku. Legenda yang mampu mengalihkan pandangan para lelaki meski telah beristri. Legenda yang pernah memindahkan mu dari jok Supra menuju Innova.


Pun pribadiku yang pernah ditelanjangi pesona, disetubuhi wangi dan dihamili aura mu. Mengakar hingga membumi dan sempat menghentikan nadi. Ketika hujan mulai deras sesuka hati, membuat basah kuyub saat aku telanjang kaki. Cerita Bagus ala pemuda berdompet ngepass, Cerita Mesum ala remaja yang masih suka ditimang papa.

Cacian sudah kuanggap nyanyian nina boboku, makian sudah kuanggap busana keseharian ku. Terlelap berselimutkan cibir dan hinaan.
Dimana lelah? Lelah telah menjelma menjadi perjuangan yang kurang sempurna. Kemana patah hati? Patah hati telah berganti penghuni. Menjadi sujud ikhlas kepada Yang Esa meskipun..., tetap kurang sempurna.