12 Mei 2013

Pergimu Sunyi


Segala jenis hening yang dituang malam terasa makin mengental
Semarak pujian tentang senja menjadi kabar yang lewat terdengar
Kita masih bertahan dengan peluk terpenggal

Di pelabuhan puisi ini, jelitamu tiba sebagai kapal tanpa nahkoda
Tapi pertengkaran, ialah anak ombak yang menenggelamkannya
Siulanku menjadi alunan suara yang tertiup dari bibir pendosa
Semoga di telingamu, ia sampai sebagai doa penenang usia

Ada sajak yang pernah kujadikan penutup telinga
Ketika sebuah pintu yang kau banting menjeritkan luka yang kupelihara
Lalu cahaya bulan mengering
Kau pergi mengenakan sepatu bernama waktu
Perpisahan telah menjelma badik yang menghabisi awal tahunku

Pergilah!
Barangkali di luar sana,
kau temukan peluk yang lebih tabah dari dada yang aku punya
Kau tetap menjadi pertanyaan dari kening yang kukerutkan
Kau tetap udara pengisi di pipi yang kucembungkan
Dan engkau tercipta sebagai sesuatu yang kumiliki, namun menolak kupahami

Seharusnya, kamu bisa hidup bahagia dengan ribuan senyuman di satu ruang
Seharusnya pula, ruangan itu adalah ingatanku