29 Mei 2013

Dua Lelaki dan Puisinya

Kolaborasi puisi oleh @penagenic dan @penenun_kata

Pada kemarau ini, bulan masih mengantongi satu musim lagi
Iringan Nebula, beranjak dari ufuk dengan irama
Gerak anyelir mengobarkan angin, membentur ingatan yang retak
Tandangkan nyiur kecupan pujangga kecil di bawah pohon Oak
Mendaras tangis bagi isyarat hujan yang tak membasahi apa-apa
Guratan tintanya, ia mundurkan usia
Mengeruhkan airmata yang lebih gelap dari susunan luka
Sedetik demi sedetik, hingga ia jatuh cinta pada masa lampaunya

Katanya, "Kekasih, kepadamu malam memeluk, kepadaku gigil sepi itu mendidih".
Gema goresan kata kembali membungkam keributan angkasa
Hingga tinta emasnya patah, pujangga itu lari menuju peraduan terakhirnya
Aku berangan kita menjadi sepasang jasad yang mabuk
Mengenali bidikan Atraile, Cupid, apalah namanya engkau

Tangkai pancaroba lebih perkasa menahan kantong-kantong doa
Wahai pemilik cinta, hunuskan sekali lagi dirinya padaku
Jernihkan aku sebagai air perigi untuk membasuh lukanya yang biru
Lelapkan nadinya pada arteri jantungku
Tukarlah debar kami yang tak lagi saling mengenali
Selamanya, hingga puisi ini mati di tanganku sendiri