27 Okt 2012

Jarak Antara Senyummu dan Kebahagiaanku

Masihkah kau tersenyum di tempat itu, Sayang?
Tempat dimana kita mengawali pertemuan
Mengukur diameter bulan dengan berbagai ciuman
Di sebuah taman rahasia, ciuman itu sempat menjadikan kita
sepasang birahi yang melanggar perbatasan dosa
Hingga kini,
Aku masih menghitung jarak antara senyummu itu dan kebahagiaanku
Begitu tipis,
Setipis dinding balon sabun yang kau mainkan semasa kanak dulu

Di kotaku ini, malam hampir buta
Sunyi mulai dipetakan gelap
Suara serangga sedang riuh membacakan puisimu dengan bahasa mereka
Terbahak menertawakan pertemuan tatap kita yang dipastikan tertunda
Juga maut, meloncat lebih dekat dari apa yang kita namai gelap dalam pejam
Kau kabarkan kotamu sedang gerimis
Dengarkan dengan seksama
Ada rintih rinduku yang semakin dingin mencampuri derasnya

Masih ada sisa waktu buatku
Sebelum Subuh, tak ada salahnya jika kulamunkan lagi senyummu
Untuk malam ini saja
Sebagai tambahan penyangga bahu sunyi yang renta
Rinduku juga rindumu
Mereka kelak akan menjadi perih yang mengingatkan
Bahwa jarak adalah tajam belati paling ramah saat menikam
Dengan jarak ini, mari kita selesaikan kesedihan
Senantiasalah tersenyum di kotamu, dan aku akan bahagia di kotaku
Sebab membahagiakanmu, adalah kewajiban yang tak bisa aku wakilkan