16 Okt 2012

Kabarmu dari Sebuah Musim

Aku melibatkan diri ketika senyummu berniat mengecup bulan
Mencuri beberapa kabar yang layak dicemburui bintang
Masih bolehkah kita bertahan mengelabuhi kebahagiaan?
Di dada kita, ada nyala api yang bersikukuh membakar hujan
Tak jua paham bahwa kita hanyalah sepasang hati
Yang lahir dari rahim paling sunyi
Tertinggal diantara ilalang kemustahilan
Diasuh diamnya kata-kata termahal

Lembaran musim membuat langit menyerah
Mencatat embun yang sesekali berputar arah
Matahari siang, gagah menolak karam
Sedangkan kita, gemar tenggelam di telaga kata yang disaring hujan
Dengan jemari buta, taburkan aku sebagai serbuk yang mencampuri darahmu
Hilangku akan kuberi judul larut paling bahagia asal tak mengganggu

Teriakan hening menantang bertarung melawan detik
Suaranya menyerupai desahan waktu yang diwakili jarum panjang
Dua belas angkanya menghitung ulang sebuah kepergian
Sementara kepalaku masih sibuk merayu
Keteduhan yang mengekor pada bulu-bulu matamu
Kedipannya menyamai bayangan anak panah menuju jantungku
Jika boleh kupinta, jangan menyikiti degub selanjutnya
Seperti pagi dan embun yang saling menghangatkan diri
Begitulah seharusnya ingatan dan kenangan saling menghargai