15 Nov 2011

Mana Sayapmu??

Hari ini senja terlalu cepat memanggil malam, mungkin dia rindu akan kecantikan rembulan. Membawa sekuntum mawar merah jingga persembahan kalbu meski terkadang mengabu. Sementara diantara hiruk pikuk suara kota dibawah sana, aku terlentang bebas diatas gedung bersejarah ini. Sisa peninggalan para pahlawan yang memperjuangkan kebebasan bernafas yang bernama kemerdekaan. Dalam kesendirian ini, aku hanya ingin menyaksikan bintang yang saling bercumbu. Saling merayu satu sama lain. Tak jarang salah satu dari mereka patah hati dan bunuh diri, menjatuhkan diri ke bumi. Itulah keindahan langit yang maha dahsyat. Mengandung mitos bahwa semua kumpulan do'a akan terkabul jika kita melihatnya. Ini kebiasaan lamaku, hanya untuk sekedar memugar janji yang telah usang dan melepaskan segala beban yang terpikul di pundak seharian, hingga subuh mulai meneriakan ayat-ayat Tuhan.

"Sendirian aja??" Suara merdu perempuan itu sempat menghentikan detak jatungku. Aku coba bangun dan menatap kedua matanya yang bening, bulat, tajam dan ramah. Wajahnya merona ayu, putih bersih bak wajah bayi yang baru terlahir ke bumi. Khas wajah bidadari yang sering aku baca dalam buku-buku dongeng. Lama aku tak menjawab pertanyaan nya, dia pun tersenyum, memperlihatkan salju putih disela bibirnya yang merekah megah seraya menghentikan kepakan sayapnya.
"Iya... Ini tempat yang paling aku suka selain rahim ibuku setelah aku terlahir ke dunia... " Jawabku singkat.
"Aku tahu... Jauh disana juga banyak mahkluk yang melakukan hal sepertimu, termasuk aku..." Dia berkata tanpa melihat wajahku.
"Oh ya?? Apa yang paling kamu suka dari pemandangan langit diatas sana? Atau kamu sedang menunggu sesuatu?" Tanyaku sambil tak berkedip menatap wajahnya.
"Aku hanya ingin menyaksikan bintang yang saling bercumbu... Saling merayu satu sama lain.. Dan tak jarang salah satu dari mereka patah hati dan bunuh diri, menjatuhkan diri ke bumi..." Sekali lagi, dia memamerkan senyumnya, tapi kali ini dia menatap wajahku dalam-dalam. "Oh iya, kita belum saling kenal... Namaku BAYANG, aku tinggal dalam angan-angan yang aku reka-reka sendiri... Kamu?" Dia mengulurkan tangan nya, dingin kugenggam sebuah kelembutan, serupa bibir ibu yang sering mengecup keningku. Seperti awal kedatangan nya tadi, aku tak segera membalas pertanyaan nya. Karena aku lelaki, aku terbiasa dengan keadaan hangat, seperti kopi yang biasa kuteguk, seperti rokok yang biasa kuhisap. Sementara saat ini, dia menghidangkan suasana dingin yang terbalut kelembutan surgawi. Sungguh tak pernah kurasakan sebelumnya. "Hey..., nama mu siapa? Kok bengong?" Sambil tertawa manja, diapun tak mau melepaskan genggaman tangan nya.
"Ouh maaf..." Sambil tertawa kecil aku menjawab menutupi rasa malu ku. "Nama ku SAMAR, aku tak punya tempat tinggal, berpindah-pindah dari atap fikiran satu ke atap fikiran lain..."

Ber jam-jam kami menyaksikan malam yang seolah bertekuk lutut menyatakan kekaguman pada kecantikan rembulan. Sambil kurebahkan kembali tubuhku, aku bercerita tentang kegiatan ku seharian ini kepada Bayang, yang baru saja aku kenal. Aku merasa nyaman, nyambung, begitu juga Bayang. Sayap yang melekat di punggung nya seolah tak menghalangi untuk dia merebahkan tubuhnya, tepat di sebelahku. Perlahan dia meraih tanganku, mengisi setiap rongga jemariku dengan jemarinya sambil bertanya "Pernah kau bayangkan hal ini terjadi dalam hidupmu??"
"Pernah..., tapi dulu... Sebelum aku menyukai kebiasaan ini. Kebiasaan menyaksikan bintang yang saling bercumbu... Saling merayu satu sama lain, dan tak jarang salah satu dari mereka patah hati dan bunuh diri, menjatuhkan diri kebumi..." Jawabku parau. Sementara kami berdialog, embun tetap saja menganggu. Datang berduyun-duyun bersama kerabat karibnya yang selama ini bertugas mendinginkan malam. Kedinginan itulah yang membuat kita lupa akan waktu, hingga subuh mulai meneriakan ayat-ayat Tuhan, memanggil kembali matahari yang selalu datang dari timur.

Bayang terbangun dari tempatnya merebah, medekatkan wajahnya diatas wajahku sambil berpamit "Aku harus kembali... Apakah kau ingin tetap disini?? Segeralah pulang, siapkan pundakmu untuk memikul beban seharian... Besok kita bertemu disini lagi, di tempat dan waktu yang sama... Hanya untuk menyaksikan bintang yang saling bercumbu... Saling merayu satu sama lain, dan tak jarang salah satu dari mereka patah hati dan bunuh diri, menjatuhkan diri kebumi..."
Perlahan aku bangun dari rebahanku, menyaksikan dia mengepakan sayapnya, meninggalkan aku yang sebentar lagi juga akan turun dari atas gedung ini.

Menyaksikan bintang yang saling bercumbu... Saling merayu satu sama lain...
Tak jarang salah satu dari mereka patah hati dan bunuh diri, menjatuhkan diri ke bumi...