27 Agu 2011

Megaproyek Angkuh

Dipinggir Rel Kereta Api itu, 3 tahun yang lalu...

Pertemuan yang membicarakan megaproyek itu sudah dimulai. Diikuti kaum-kaum konsumtif berdasi yang mengatasnamakan kebutuhan tujuh turunan. Mereka yang dengan sengaja mengabaikan kebutuhan, pekerjaan, lahan makan dan tempat bagi kaum kecil seperti aku, nenekku dan juga kedua orangtuaku. Bingung, gundah, lemah, dan tak mampu berbuat apa-apa. Sebuah gerakan yang mengharuskan kami menelan ludah pahit yang bernama "Penggusuran".
Jika ada pertanyaan, apa yang ada dibenak kita saat itu? Yang ada hanya pergi tanpa ada pengakuan yang berarti dari mereka-mereka yang rakus akan rupiah.
Yah.., lebih dari 30 keluarga 'kumal' harus menyingkir. Digantikan dengan megaproyek yang lebih tepat dinamakan "Ada Uang Apapun Bisa Kubeli".

Dan hari ini, malam ini, pikiranku terbawa angin kearah 3 tahun yang lalu, ditempat itu. Dimana aku, teman semasa kecilku, tetangga, nenek, dan kedua orangtuaku hidup dengan segala sesuatu yang jauh dari angka cukup. Ditelanjangi kebutuhan yang mau tak mau harus kami lakukan demi berjalan nya roda hidup kami. Berjalan pelan, tertatih, tertagih, dan tak jarang harus menggali lubang menutup lubang. Namun, kehidupan itu terasa landai dan semilir, sejuk. Karena kebersamaan dan kehidupan orang-orang disana yang tak seperti koruptor wahid, jauh dari kata glamour dan metropolitan.

Kini, setelah 3 pergantian kalender itu telah berlalu, semua berjalan seperti keinginan Tuhan. Kelancaran rejeki, tempat, dan lahan makan itu dikembalikan lebih dari 180 derajat, masih lebih dan lebih lagi. Sebuah kamuflase angka yang sulit digambarkan. Maha Agung ALLAH Dengan Segala Kehendak Nya.
Alhamdulillah Wasyukurillah...
Harapanku, semoga apa yang terjadi pada keluarga kami ini juga akan terjadi pada mereka yang bernasib sama dengan kami saat terjadi tragedi tak berdarah itu. Amien, Ya Rabbalallamin.