20 Jan 2013

Darimu, Menu Makan Siangku

Selamat Siang, Elwa...
Disini tepat pukul 12:07, matahari sedang terik-teriknya. Dan aku sedang malas meninggalkan ruangan untuk makan siang. Membaca suratmu belasan kali, rupanya sudah cukup mengenyangkan, siang ini. Eh, ini gak gombal loh! :)
Aku ingat saat kita masih satu kota, di jam-jam seperti ini kita sering menyempatkan makan siang bersama. Kau selalu menambahkan beberapa sendok nasi ke piringku, padahal nasi itu sudah menjadi porsimu. Dan aku masih ingat alasan-alasan yang kau ucapkan untuk menghentikan omelanku tentang kebiasaan burukmu itu.
"Aku tadi terlalu banyak makan camilan dikantor..."
"Tadi pagi aku sarapan terlalu banyak soalnya, Sayang..."
Dan masih banyak lagi alasan-alasanmu, aku tak mampu mengingatnya.

Oiya, surat balasanmu aku terima empat hari lalu. Seperti biasa, suratmu selalu menjadi debt collector  yang rajin menagih senyumku. Lembaran yang tak pernah kulipat itu saat ini sedang kubayangkan zippo-ku yang tertinggal di kantong jaketmu. Saat aku mulai menyentuh surat itu untuk kubaca, tiiing... suara zippo itu terbuka dan menggema. Jempol lembutmu menyentuh pemantik, dan wuuusssshhh... asap rokokku memenuhi ruang sempit kamarku. Yah, membaca surat balasanmu kubayangkan saat kita merokok berdua. Satu batang saja, kita hisap bergantian. Jika ini habis, kita nyalakan satu batang lagi, kita hisap bergantian lagi. Sungguh, kebiasaan konyol yang kadang tak dimengerti oleh pikiranku sendiri. :))

Dan entah kenapa, siang ini tiba-tiba aku kangen bertengkar sama kamu. Aku kangen cemberutmu. Aku kangen caramu menjawab pertanyaanku dengan alis yang terangkat. Aku kangen seluruh gerakanmu. Aku kangen pipimu yang sesekali kau cembungkan saat kamu kesal. Kesalahan kecilku yang terkadang kamu besar-besarkan, namun tak jarang pertengkaran kita itu berakhir dengan kemesraan. Api rokokku yang mengenai kulitmu, misalnya. Sering kali hal itu terjadi, kan?! Tapi saat kamu kuberi kesempatan untuk membalas, jawabanmu selalu lucu, "Gak mau!! Balesnya dicium aja!!" Ah kamu, bikin aku pengen cepet pulang! :)
Sekarang coba kamu hitung, sudah berapa kata kangen yang aku tuliskan? Jumlahnya sama persis dengan tanggal jadian kita, kan?!
Aku harap kamu bisa tersenyum setelah kamu menghitungnya.

El, dari keluhanku tentang kepenatan kapan hari, tiba-tiba muncul beberapa ketakutan. Meskipun aku tahu ketakutan ini tanpa alasan, tapi aku masih belum punya jawaban untuk menghilangkan. Tentang ratusan senja yang kita lihat di waktu yang berbeda, juga tentang beberapa cerita yang tak sempat kau tuliskan melalui kata.
El, selama aku tak berada disampingmu, jangan kau bilang tak pernah ada yang menggodamu. Setelah aku, lelaki mana yang mampu mendustai paras imutmu? Mata lelaki mana yang akan berkedip melihat gerakmu?
Pintaku sederhana, El, jangan kau nyalakan korek untuk rokok orang lain, yah... Jangan kau cembungkan pipimu di depan cowok lain, kurangi gerak menggelikanmu jika kau tak ingin aku terbakar api cemburu.

Jam istirahat sudah habis, El. Meski aku merasa beberapa penggal kata ini belum cukup menenangkan gelisahku atas segala sesuatumu disana, kuharap kau akan senantiasa mengingat apa yang pernah kita pahat. Jadikan semua itu sebuah prasasti yang akan kita pugar setelah aku pulang nanti. Tetaplah mendampingiku melangkah meski harus menjatuhkan debar selanjutnya.
Peluk dan ciumku dari kejauhan kotamu...

I Love You :*