13 Sep 2012

Wangimu Dicampuri Pagi

Pagi yang sebaik ini
Kubayangkan engkau adalah embun penguasa kedinginan
Biadab menyiksa warna bunga dengan gigil yang tak lagi tertahan
Kabut ringan menuntun tegas aroma bahagia
Mencampuri wangi bangkai kenangan yang sempat kita rayakan berdua
Satu dua hari kedepan, kau dan aku masih sama
Dungu dan belajar bijak memahami majas tentang cinta
Menjadi si buta yang keras kepala
Meraba-raba dimana pintu kemungkinan itu berada
Merangkai rayuan menjadi bisikan manja
Berharap cumbu akan melahap kita menuju surga

Sudah lebih dari seratus musim
Pemandangan pagi tetaplah sama
Diantara jeda cahaya
Ramai khalayak tak pernah gentar memecah sinarnya
Aku terbangun ditelanjangi pagi yang masih belia
Dalam lelapku
Kubiarkan mimpi mencuri apa saja
Termasuk nyeri luka yang masih terbuka
Wangimu itu aroma badai!
Pernah melemparku ke tepi waktu yang bernama silam
Terdampar mengumpulkan tanda tanya yang dirawat airmata linang

Jangan dulu tersenyum di depanku!
Berilah waktu pada kebahagiaan untuk mengenaliku dengan caranya sendiri
Karena aku masih sanggup berdarah
Jika merahnya mampu menyihir warnamu menjadi megah
Sesekali, berbaringlah di dadaku, Sayang
Kau tahu, dalam debarku ada semacam sanggar
yang kubangun dari keringat kekaguman
Lalu cium bibirku sekali lagi
Aku mulai mengerti, bibirmu adalah ruang sunyi
Tempat para bidadari menyembunyikan mimpi
Tersenyum di depanmu kujadikan cara untuk berkata;
"Jatuh cinta adalah rasa jenaka yang diambil dari bahasa para dewa"