4 Jun 2012

(p)Ending

Dalam kehidupan, selalu ada ruang yang bernama "Kesalahan". Ruangan yang disediakan Tuhan untuk mempertemukan kita dalam satu kata "Memaafkan". Namun, apakah kita harus memasuki ruangan itu dengan paksaan dan dorongan Fitnah? Seperti yang kita tahu, adzab Allah tetap berlaku untuk kata itu. Berawal dari fitnah yang tertuju ke salah satu anggota keluarga saya. Satu-satunya hal yang terjadi pertama kalinya pada anggota keluarga saya sejak saya lahir. Fitnah yang berawal dari drama kuno yang bernama "SMS TERROR". SMS yang terkirim pada 2 orang; yang selama ini menjadi gebetan sahabat saya. Yang perlu saya tandaskan, sejujurnya drama ini tidaklah menjadi permasalahan saya seutuhnya. Yang mengharuskan saya masuk didalamnya adalah, dorongan fitnah yang tertuju pada anggota keluarga saya. Padahal jika ditelisik sampai ujung dunia manapun, sama sekali tidak ada modus apapun jika keluarga saya melakukan hal itu. Para sahabat dan orang-orang baik disekitar saya, bisa menjadi saksi atas statemen saya ini. Jawaban mengerucut kepada satu orang. Saya dan orang-orang baik disekitar saya tidak main-main dengan jawaban itu. Ada dalih tersendiri kenapa kita punya jawaban itu, tidak asal beropini. Disertai bukti-bukti kuat dari para korban dan bukti-bukti lain yang kami kumpulkan dari masalalu yang menimpa orang-orang disekitar pelaku (yang pada awalnya saya tidak mempercayai hal itu). Dan satu orang jawaban itu notabene punya hubungan "entah apa" dengan dengan sahabat saya. INI HARUS DIUSUT!! Kata hati saya saat itu juga, beberapa detik setelah saya mendengar dan membaca pernyataan yang seolah-olah anggota keluarga saya tertuduh atas tindakan bodoh ini. Sekaligus untuk memastikan kepada semua orang tentang statemen saya bahwa, tidak ada modus apapun jika keluarga saya melakukan tindakan bodoh semacam itu. Kita berkumpul dalam satu forum sederhana, saya, anggota keluarga saya, dan beberapa orang baik. Saya buka perbincangan dengan berbagai pertanyaan yang saya lontarkan kepada sahabat saya yang punya gebetan, yah... meskipun dengan jawaban yang berbelit-belit. Ada 2 hal paling lucu dalam pertemuan ini. Pertama: Seorang pelaku yang menjadi jawaban saya dan orang-orang baik di sekitar saya itu mengaku kalau dia juga di teror dengan sms yang sama. Kedua: Seorang pelaku yang menjadi jawaban saya dan orang-orang baik di sekitar saya itu menolak dipertemukan dengan ke 2 korban untuk di Sumpah, entah itu atas nama Al Qur'an atau hal yang menurut kita mujarab sebagai umat Muslim. Perlu diketahui, sumpah semacam itu adalah permintaan sahabat saya (yang punya gebetan). Mendengar 2 pernyataan itu, saya sempat hanya tertawa dalam hati. Fikiran saya sih sederhana, saya menganggap pernyataan pertama tersebut hanya sebuah alibi untuk mencuci nama pelaku. Bagaimana dengan pernyataan kedua? Cukup mudah ditebak. Setelah mendengar ke 2 hal lucu tersebut, sesegera mungkin saya mengakhiri forum dengan alasan yang amat sangat mudah untuk ditebak. Yah..., sudah terlihat jelas siapa pelaku yang memainkan drama kuno ini. Saya ambil kesimpulan sederhana dari masalah ini. Pertama; "Mungkin, di mata pelaku, saya dan keluarga saya adalah orang miskin, orang kalangan bawah, yang mudah dibodohi begitu saja. Tapi hal ini tidak berlaku buat Tuhan. Dan saya tidak perlu bersusah payah mengklarifikasi hal ini dengan Tuhan. Bukankah Tuhan Maha Melihat, teman?". Yang kedua; Ada lubang besar yang tidak mungkin saya tabrak lagi, lubang yang dulu pernah ditunjukan oleh orang-orang baik kepada saya dan saya tidak mempercayai, karena lubang itu tertutup begitu rapi. Sekali lagi, saya dan keluarga tidak akan melewati jalan yang berlubang itu".