11 Des 2012

Nubuat Dari Saku Langit

Caramu meremas hujan kusaksikan dalam kehangatan
gerakan lincah yang kerap mengagalkan kesedihan
menyuap satu persatu anak rindu dengan senyummu
hingga debar yang kurahasiakan,
bisa kau redam dengan sekali sentuhan

Anggap saja puisiku ini belum jadi
maaf, jika aku kurang bisa memahami cuaca dengan jeli
sebab, keterlambatan hujan juga menjadi alasan diri
kenapa bahasaku semakin gigil memeluk sunyi

Rampaslah kanvas langit yang masih kalis akan hujan, Sayang
lukiskan jejak bidadari yang kau sembunyikan
agar mendung lebih cepat menyerah kepada terang
lalu goreskan warna pelangi yang kedelapan
hingga janjiku bisa sesegar taman yang baru dipugar

Izinkan sekali lagi
kuhirup wangi perakmu yang pernah dikagumi matahari
hingga dendam semakin cepat beruban
meninggalkan kepala dengan menempuh langkah paling diam
disamarkan lirikmu yang hening
diriuhkan tawamu sebelum langit mengering

Nubuat ini kuanggap samudera
yang meniupkan tasbih-tasbih doa
hingga menjadi ombak sederhana yang memperpanjang usia
berhenti di pesisir waktu
untuk menghela napas baru atau sekedar melunakkan rindu

Engkaulah keheningan yang meramaikan malam
pesolek rahasia bagi langit yang membutuhkan bintang
menyanggupi tanpa janji
pemberani yang pantang sembunyi
dan betapapun aku dungu menata abjad
ada kesanggupan untuk mencintaimu kuat-kuat