8 Feb 2012

Masih ...

Masih jenjang...
Bentuk kaki senja yang melangkah gontai memanggil malam
Menuju dingin yang tercampur rahasia-rahasia pekat
Wajahnya menguning emas, serupa anting hening bidadari
Inilah bentuk suci, yang biasanya mendorong iri dengki jauh pergi dari beranda mimpi
Kamu, salah satu harap yang pernah kuanggap
Salah satu rindu yang pernah memelukku
dan salah satu bentuk cinta dungu yang hanya bisu

Masih sakral...
Perpindahan gemuruh menuju senyap
pergantian terang menuju gelap
Selalu ada warna keemasan yang mengagumkan pandang
Menghias di ufuk barat
tenggelam ditelan pengap
Diwakilkan rindu bintang yang tak pernah usang
mencumbu rembulan tanpa bosan
Disinilah pertemuan awalnya!
Disaksikan berjuta mata hening yang mengiba pada bening
Apa yang kau rasakan saat melihatnya?
Adakah sama yang aku rasa?
Menyiram asap rokok ku dengan cahaya jinggamu
meninggalkan rindu tak puas dicumbu

Masih hitam...
Malam yang menguasai jagad
Menghitamkan sepi dalam jelaga sunyi,
terbentang tanpa bunyi
Menggusur ingatan tentang keramaian
Membunuh keinginan untuk berteriak lantang
Akulah bentuk mimpi yang kau kuasai
Bertahan dalam ruang dingin waktu,
yang memburu untuk menumpahkan rindu
Mengeja sajak yang mulai sesak
Mengecap sepi yang mulai menyakiti
Terkadang airmata juga mengandung bahagia,
yang terserap kulit pipi, diteruskan sampai ke hati