7 Feb 2012

Di Pemberhentian Terakhir

Di pemberhentian terakhir ini, pernah ada angan dan harap bertemu. Melumatkan janji yang keluar dari bibir mereka masing-masing, untuk menyatukan segalanya tanpa batasan apapun.

Di pemberhentian terakhir ini, tangan lembut kasih sayang dan bahagia berusaha keras menarik maju rantai yang mendaur ulang waktu, hingga semua dapat tertimbang dengan mengabaikan berat.

Di pemberhentian terakhir ini, rindu juga tak pernah segan menunggu. Menunggu apa yang seharusnya ditunggu. Segala tuan dari asmaradana ini. Cinta, itulah tuan nya.

Di pemberhentian terakhir ini, renyah suara tawa seolah tak ingin kalah dengan kesedihan nurani atas tertumpuknya duka kesendirian yang melewati batas.

Di pemberhentian terakhir ini, ada sebab tatap yang mengharap saling hadap. Melingkarkan janji menghalalkan birahi, menandai sendiri yang diakhiri.

Di pemberhentian terakhir ini, setia pernah menuntun pengkhianatan yang nyaris tergoda. Berpulang tenang menuju rumah, dimana rindu pernah bertumpah ruah.

Di pemberhentian terakhir ini, tak ada kemenangan yang dikekalkan, kecuali kebersamaan untuk saling memenangkan.

Di pemberhentian terakhir ini, malu telah terpuruk ditendang rindu. Berseteru dengan waktu yang pernah merangkum masalalu.

Di pemberhentian terakhir ini, tak ada lagi yang bisa bertanya "dengan siapa kau nanti malam?" Segala jawab telah terbungkus dalam genggaman dua tangan dan pelukan.
Dan di pemberhentian terakhir ini, memilikimu adalah tempat berbaringku, mengistirahatkan naluri yang lelah karena pengembaraan untuk mencarimu...